Pada hari-hari yang semakin berjalan, saat hari Minggu memasuki minggu kedua, dia mengajakku untuk merasakan keindahan alam di Merasi. Setelah kembali dari petualangan itu, dia dengan penuh keberanian menyatakan cintanya padaku. Meskipun hatiku berdebar, aku memutuskan untuk menjalani perasaan itu dengan hati yang terbuka. Dia tersenyum lembut, dan dalam kehangatan sorot matanya, dia berkata bahwa semua wanita memiliki reaksi yang sama ketika pria menyatakan perasaannya, tetapi aku hanya tersenyum, menyadari bahwa cintanya begitu tulus. Seiring berjalannya waktu, kami semakin dekat. Meskipun kami tidak bertukar pesan dalam waktu sebulan, aku tetap merasakan kehadirannya melalui setiap tindakannya. Dia selalu ada, setia mendampingiku. Meski aku sempat menolak cintanya berkali-kali, namun semakin kuat perjuangannya untuk mempertahankan hatiku. Dan ketika bulan September tiba, dia sekali lagi menyatakan cintanya pada pukul 00:00 di ulang tahun adiknya, dengan sebuah cincin emas sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran hatinya. Dengan lembut, dia berkata bahwa jika aku menerima cintanya, aku akan menerima cincin ini, jika tidak, dia akan menghormati keputusanku. Aku pun dengan ragu mengambil cincin yang ditawarkan olehnya. Dan ketika aku pulang, aku merenung, memikirkan betapa beruntungnya aku memiliki seseorang yang begitu tulus mencintaiku.